Jakarta, Sumateradaily.com- PT Pertamina Hulu Energi (PHE), selaku Subholding Upstream Pertamina, mempunyai tugas utama untuk mencari sumber minyak dan gas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.
Direktur Eksplorasi PHE, Muharram Jaya Panguriseng, menjelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energi baik melalui energi fosil dan energi baru terbarukan (EBT) harus berjalan beriringan, hal ini tentunya dalam rangka menjaga ketahanan energi nasional.
“Transisi menuju energi bersih mutlak dilakukan, namun tidak bisa cepat memenuhi kebutuhan energi domestik saat ini,” ungkap Muharram.
Mengacu proyeksi kebutuhan energi primer Indonesia berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) maka minyak dan gas bumi masih akan menempati porsi 44% (gas 24% dan oil 20%) dari total 1.000 megaton oil equivalent (MTOE) pada tahun 2050, sementara EBT baru menyumbang porsi 32%.
“PHE akan terus menjalankan eksplorasi yang masif dan agresif dengan target temuan besar yang dapat dimonetisasi sebelum tahun 2040, sebab energi fosil masih sangat dibutuhkan dalam proses transisi energi untuk menjaga kebutuhan dan ketahanan energi nasional,” ungkapnya.
Indonesia harus bijak dalam melihat proses transisi energi.
Secara bertahap Indonesia perlu mengupayakan bahwa energi yang dihasilkan semakin bersih, namun juga perlu memastikan ketahanan energi primer di masa depan.
“Perjanjian Paris, Net Zero Emission, dan transisi energi sekarang adalah momentum yang tepat untuk mendorong upaya masif dan agresif mengeksplorasi dan mengembangkan sumber-sumber energi baru terbarukan di Indonesia,” jelasnya.
Adanya keberagaman sumber energi di bumi Indonesia ini bisa dimaksimalkan untuk mendorong bauran energi agar energi bersih bisa berkembang lebih cepat lagi.
Secara garis besar, dapat terlihat bahwa perusahaan energi global menyikapi transisi energi dalam 3 (tiga) kelompok berbeda, ada yang mengambil strategi go green dan mendivestasi seluruh industri migasnya, ada yang melanjutkan industri migas dengan mengalokasikan sebagian investasinya untuk pertumbuhan green energy, dan ada pula tetap menjaga pertumbuhan industri migasnya dengan solusi dekarbonisasi melalui Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization Storage (CCS/CCUS) seperti yang saat ini sedang dijalankan PHE.
PHE juga sedang mempelajari salah satu energi yang sangat bersih yaitu gas hydrogen yang bersumber langsung dari alam.
“Selain eksplorasi migas, kami juga sedang mempelajari sumber energi baru dari alam yang lebih bersih yang dikenal sebagai geologic hydrogen atau gold hydrogen.”
“Yang paling menarik lagi, satu kilogram hidrogen bisa menghasilkan 40 kilo watt hour, artinya ini adalah pembakaran yang sangat bagus,” pungkas Muharram.
PHE akan terus berinvestasi dalam pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).
PHE telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (“UNGC”) sebagai member sejak Juni 2022.
PHE berkomitmen pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC dalam strategi dan operasionalnya, sebagai bagian penerapan aspek ESG.
Mendukung aspek Governance, PHE juga senantiasa berkomitmen Zero Tolerance on Bribery dengan memastikan pencegahan atas fraud dilakukan dan memastikan perusahaan bersih dari penyuapan. Salah satunya dengan implementasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) yang telah terstandard ISO 37001:2016.
PHE terus mengembangkan pengelolaan operasi yang prudent dan excellent di dalam dan luar negeri secara profesional untuk mewujudkan pencapaian menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia yang Environmental Friendly, Socially Responsible dan Good Governance.***