Oleh; Leksi Salukh (Alumni SJK II-PWI)
JAUH sebelum permainan anak kecil moderen di produksi pabrik muncul seperti plastasyen dan game online, Anak- anak di Kecamatan Amanuban Tengah Kabupaten TTS bermain permainan tede kulit keong.
Caranya dua kulit keong di adu dua orang anak yakni menabrakan 2 kulit keong dan kalau salah satu picah tanda kalah.
Dalam permainan itu kerap anak berjudi dengan taruhan karet gelang , atau gambar bahkan yang terbiasa melihat orang tua berjudi uang biasa taruhan uang dengan nominal kecil seperti Rp 50 rupiah atau Rp 100 di tahun 90-an. Selain uang atau karet tangan atau gambar sesuai kesepakatan. Bukti menang dari kedua kulit keong yang diadu salah satu picah.
“Kalau yang pecah itu di kategorikan kalah sedangkan pemenang yang tidak pecah.
Biasanya kalau kesepakatan untuk taruhan yang kalah membayar kepada pemenang ataupun sebelum kesepakatan ada sanksi hukuman berupa phus up atau kuti jari bisa
“Kalau mereka main dan pecah kulit keongnya Itu di kategorikan kalah dan wajib bayar kepada yang kulit tidak pecah sebagai pemenang,” tutur Warga Desa Bone Kecamatan Amanuban Tengah Herman Taneo.
Menurut Alumni Fisip Undana Kupang ini Permainan tradisional tersebut berlangsung sampe tahun 1990-an karena di atas tahun 2000-an sudah banyak permainan moderen seperti game of line dan online yang mudah di jumpai.
Lebih lanjut pria lajang ini mengatakan permain tede kulit keong tergolong tradisional namun memiliki nilai kebersamaan antar pemain cukup tinggi karena terjalin keakraban antar para pemain di bandingkan dengan game online yang berjauhan.
” Bermain tede kulit keong sebelum bermain anak anak mencari kulit keong yang kuat. Karena ada dua jenis kulit keong. Yang kuat biasa terlihat secara kasat mata bersih dan bening sedangkan yang kotor dan terlihat berkapur tidak kuat.” tuturnya.
Hal sama disampaikan Warga Desa Pika Kecamatan Molo Tengah Yopi Tapenu.
Menurutnya semasa kecil dirinya suka bermain karena seru.
“Ada kenikmatan tersendiri karena semakin mempererat kebersaamaan antar Pemain dan sehabis bermain yang kalah biasa menjadi buah bibir karena di ejek teman yang menang sampai berminggu minggu,”kisahnya.
Selain seru , ex jurnalis itu mengaku unik karena untuk bermain mengikat keakraban antar pemain meski tak berapa lama karena waktu bermain singkat.
Namun bagi yang kalah akan berusaha mencari kulit keong baru untuk bermain sampai mengalahkan yang sudah menjadi pemenang.
Namun baginya permainan tede kulit keong berlalu dengan hadir permainan moderen di era tahun 2000a.” Mulai hadir permainan moderen sudah tidak terlihat lagi karena lebih di sukai anak anak,”Tutur ex wartawan yang terjun di dunia politik itu.***