Catatan Khotib Sarbaini (*)
SMSI Jambi dikenal aktif turun ke daerah. Bersama timnya, Mukhtadi dan Pengurus lainnya menggagas pelatihan dan bimbingan teknis di berbagai wilayah seperti Merangin, Tebo, Muaro Jambi, dan Kerinci.
Di sana, wartawan-wartawan muda dari media kecil mendapat pelatihan tentang etika jurnalistik, teknik penulisan berita, SEO, hingga manajemen media digital.
Tak hanya itu, SMSI Provinsi Jambi juga menggelar program literasi digital ke sekolah dan kampus—mulai dari “Jurnalis Masuk Sekolah” hingga “SMSI Goes to Campus”.
Tujuannya sederhana: memperkenalkan cara kerja media, membekali generasi muda dengan pengetahuan untuk memilah informasi, dan menanamkan nilai tanggung jawab dalam bermedia sosial.
“Kami ingin literasi informasi tumbuh sejak dini. Ini salah satu cara paling efektif melawan hoaks,” ungkap Mukhtadi.
Tahun 2024 menjadi tantangan tersendiri bagi SMSI Jambi. Memasuki tahun politik, banyak media tergoda masuk ke pusaran konten partisan. SMSI memilih berdiri di tengah: mengedepankan netralitas, membangun kepercayaan publik, dan menjaga etika pemberitaan.
Deklarasi “Media Siber Netral Pemilu 2024” yang digagas SMSI Jambi menjadi tonggak penting. Bersama KPU dan Bawaslu, mereka aktif memantau pemberitaan politik agar tak memicu perpecahan.
Pengurus SMSI sendiri turun sebagai pembicara dalam berbagai FGD, termasuk bersama Polda dan Pemkot Jambi, membahas pentingnya kebebasan pers yang bertanggung jawab.
Lebih dari itu, SMSI juga mulai menyesuaikan diri dengan realitas baru: digitalisasi total. Pada tahun 2025, SMSI Jambi meluncurkan “SMSI Media Hub”, platform kolaboratif yang memudahkan media anggota saling berbagi berita, data traffic, dan peluang monetisasi konten.
Dari Organisasi ke Gerakan
Di bawah Mukhtadi, SMSI bukan sekadar organisasi, tapi telah menjadi gerakan—gerakan media lokal yang ingin setara, berdaya, dan didengar. Bahkan regenerasi pun mulai dijalankan. Program “SMSI Muda” dibentuk untuk mengakomodasi jurnalis milenial, konten kreator, dan media komunitas yang aktif di platform seperti YouTube dan Instagram.
Program ini bukan hanya menyasar kelompok muda, tapi juga menjadikan mereka mitra strategis dalam menciptakan konten publik yang positif, edukatif, dan inspiratif. Kolaborasi SMSI dengan komunitas pemuda pun melahirkan kampanye bersama seputar literasi digital dan anti-hoaks.
“Media lokal bukan bayangan media besar. Kita punya wajah sendiri, suara sendiri, dan tanggung jawab sendiri kepada publik. Tugas SMSI adalah memastikan wajah itu bersih, suara itu jernih, dan tanggung jawab itu tetap hidup.” Kata Mukhtadi Putranusa.
Kiprah SMSI Jambi tak luput dari perhatian tokoh-tokoh penting. Gubernur Jambi, Walikota Bupati menyebut SMSI sebagai “penjaga informasi pembangunan daerah”.
Ketua Umum SMSI Pusat, Firdaus, bahkan menyebut Mukhtadi sebagai figur daerah yang “bukan hanya menjalankan organisasi, tapi menghidupkan ekosistem media”.
Pemimpin Redaksi Jambi Ekspres Pirma Satria, lewat pelatihan SMSI, media mereka kini tak lagi ketinggalan dari sisi teknologi dan daya saing.” Empat tahun bersama Mukhtadi Putranusa bersama pengurus lainya telah membawa SMSI Jambi dari organisasi lokal menjadi aktor penting dalam ekosistem informasi regional dan nasional.
“Dari studi banding ASEAN hingga booth di World Press Freedom Day 2025, dari pelatihan kampung hingga diplomasi media, SMSI Jambi membuktikan bahwa media lokal bisa bertumbuh—asal ada konsistensi, komitmen, dan keberanian,”kata pipin. ***
(*) Penulis adalah Wartawan aktif di Jambi dan Pengurus SMSI Provinsi Jambi