SUMATERADAILY.COM, JAKARTA- Diskusi Riang Gembira Bersama Perempuan Hebat di Industri Film dan Musik Indonesia yang digelar Forum Wartawan Hiburan FORWAN Indonesia berkolaborasi dengan Kementerian Kebudayaan RI, Badan Pangan Nasional, Chic’s Music berlangsung sukses. Tidak kurang 150 peserta diskusi yang datang dari komunitas Jalan Jalan Santai, Silverian 86 Bogor, Kami Perempuan Tangguh (KAPITA), Mata Langit larut dalam kegembiraan.
“Acara diskusi perempuan hebat di industri film dan musik Indonesia, sesuai dengan namanya. Kita dibuat riang gembira, peserta tidak hanya disuguhi paparan dari narasumber yang sangat inspiratif tapi juga kita dihibur oleh penyanyi beken,” ujar Wahyu Hardaningtyas
Tidak seperti diskusi pada umumnya, peserta disuguhi paparan narasumber dengan cenderung serius dan kaku, FORWAN mengemas diskusi dengan riang Gembira. Karenanya, sebelum diskusi dimulai peserta diajak bergoyang oleh Vonny Sheila dan Nana Mardiana. Puluhan ibu ibu paruh baya langsung bergoyang.
Setelah peserta puas bergoyang, panitia pun mengajak ratusan ibu ibu mengikuti Diskusi dengan Narasumber Yatti Surachman, Nana Mardiana, Nita Yulianis, Madeena dan Denit Putri Audyna.
Ikhlas, Kunci Hidup Yatti Surachman dan Nana Mardiana di Industri Hiburan
Ikhlas, itulah salah satu sikap hidup yang dilakoni Yatti Surachman dan Nana Mardiana, selama bertahun-tahun berkecimpung di industri hiburan, dan membuatnya tetap eksis sampai sekarang.
Yatti Surachman dikenal sebagai artis peran dan sudah 50 tahun malang melintang di dunia perfilman, sementara Nana Mardiana sejak pertengahan tahun 90-an berkarir sebagai artis dangdut.
Memilih ikhlas sebagai kunci menghadapi masalah hidup berbelit disampaikan Yatti dan Nana saat menjadi narasumber “Diskusi Riang Gembira Bersama Perempuan Hebat di Industri Film dan Musik” yang diselenggarakan Forum Wartawan Hiburan (Forwan) Indonesia, Kamis (19/12) siang, di Chic’s Music di Rawamangun, Jakarta Timur.
Diskusi dihadiri Nita Yulianis (Plt Direktur Kewaspadaan Pangan dan Badan Pangan Nasional), Denti Putri (penulis novel), Madeena (penyanyi, pencipta lagu) dan moderator Telni Rusmitantri. Hadir juga penyanyi Valline Ratu Ayu. Menariknya, desainer Nina Nugroho secara khusus memberikan hadiah kepada tiga peserta yang dinilainya berbusana terbaik.
Yatti Surachman sebelumnya menceritakan awal mula terjun di dunia hiburan berkat foto yang diketahui sutradara film. Juga mengatasi kebosanan sebagai aktris dengan terlibat di pemutaran bioskop keliling di berbagai daerah, yang pemeran utama film tersebut dia sendiri.
“Waktu itu saya sudah bekerja di Elnusa Pertamina (sekarang PT Elnusa Tbk). Namun saya waktu itu suka menyanyi dan sering tampil di Ancol. Akhirnya pekerjaan itu saya tinggalkan dan saya berkecimpung di film,” kata wanita kelahiran Jakarta tahun 1957 ini.
Karirnya di dunia peran terus menanjak. Berbagai penghargaan diraihnya, salah satunya penghargaan Asia-Pacific Film Festival kategori Best Actres, 1980, berkat perannya sebagai Sum Kuning dalam film Perawan Desa.
Hingga saat ini Yatti masih main film. Pekan ini jadwalnya syuting cukup padat dan pekan depan terbang ke Ambon untuk syuting hingga 2 Januari 2025. Yatti mengaku bersyukur diberi Tuhan limpahan kesehatan dan kekuatan untuk tetap menjalani peran sebagai aktris film.
Diakuinya adanya campur tangan Tuhan di dalam karirnya sebagai artis. “Saya percaya adanya campur tangan Tuhan sehingga saya mempunyai kesehatan dan masih mempunyai kemampuan menghafal dialog-dialog panjang,” kata artis yang pernah bersumpah akan selalu menjadi artis film sampai akhir hayat ini.
Namun di tengah sepak terjangnya tersebut kerap Yatti mengalami berbagai ujian hidup dan perlakuan dari mitra kerja yang kerap membuatnya dongkol. Semua dihadapi dengan ikhlas. Misalnya dalam satu produksi film tidak dibayar. “Kalau terpantau dibayar, kalau tidak terpantau tidak kebayar. Akhirnya ya sudah saya ikhlaskan saja,” katanya. Yatti juga mengaku sering menerima pekerjaan dengan honor pertemanan.
Sementara Nana Mardiana memulai sesinya dengan mengisahkan awal mulanya di panggung dangdut nasional sejak hijrah dari Medan ke Jakarta.
Membuatnya paling berkesan yaitu ketika mengenal Imam S. Arifin, penyanyi dangdut dan pencipta lagu. Sebelumnya Nana tidak pernah mengenal Imam S. Arifin (meninggal tahun 2021) sama sekali. Nana ditawari hijrah ke Jakarta dan dibuatkan lagu.
“Orang tua menyuruh saya menikah (dengan Imam S. Arifin), karena tidak boleh berdua-duaan,” kata penyanyi kelahiran Medan tahun 1971 yang tahun 1994 merilis album perdananya, Yang Tersayang, ini.
Karir Nana Mardiana sebagai penyanyi terus cerah. Berbagai album dia rilis. Nana kerap tampil duet dan mesra dengan Imam S. Arifin. Di tengah sukses ujian hidup tetap tidak lepas dari Nana, dan semua dihadapinya dengan ikhlas.
“Ketika saya mengalami musibah saya sebagai istri harus bangkit menyelamatkan ekonomi keluarga. Saya pernah menjadi supplier pasir dan batu di sebuah proyek. Saya jalani meski saya kurang PD, apalagi banyak juga pekerja proyek yang tahu saya sebagai penyanyi dan malahan minta foto bersama. Saya harus bangkit dan menerima kenyataan itu dengan ikhlas,” kata sarjana psikologi dari Universitas Medan Area ini.
Kadang Nana merenung terhadap profesinya sebagai supplier material bangunan di tengah kondisi ekonomi keluarga yang terpuruk. “Kok bisa?” itu pertanyaan yang kerap terlintas di hatinya ketika harus berperan sebagai supplier material di proyek.
Di akhir diskusi, selain keikhlasan menghadapi ujian hidup, khususnya di dunia hiburan, Yatti dan Nana sepakat bahwa sebagai artis sepatutnya menjauhi sifat sombong, terlebih ketika di puncak karir. “Sombong awal dari kehancuran. Kita harus menempatkan diri seperti padi, semakin tinggi semakin menunduk,” kata Yatti ***
FORWAN