banner 728x250

TAFAKKUR

@poëmdaily

banner 120x600
banner 468x60

TAFAKKUR
by Eva Srie Tandjung >

Mengetuk malam-Mu,
serupa embun jatuh merintik di lempengan daun,
di tepian malam-Mu
begitu banyak pintu, namun sepi adalah nyanyian hakiki menuju rumah,
yang aku tuju
keabadian

banner 325x300

Mengetuk malam-Mu,
laiknya sunyinya musim gugur, yang tak berani membuka jendela
Hanya membisu dalam tubuh almanak
menuliskan angka-angka yang melekat di gigir langit

Mengetuk malam-Mu,
serupa penggembala dingin yang paling tabu
ketika daun-daun mapel berguguran dihempas angin
dan ribuan puisi pun tertulis di dada para penyair

Mengetuk malam-Mu serupa ilalang,
menenun kosa kata air mata,
membulir dari ribuan butiran doa anak-anak miskin, yang gagal terbang ke langit, demi memetik bahagia,
di pipi rembulan

Mengetuk malam-Mu,
aku nyaris setuju pada ayat-ayat hujan tahun lalu
Tentang riwayat dalam kitab-kitab yang ditulis bapak berdasarkan abjad persembahan

Mengetuk malam-Mu layaknya meniduri kemarau yang gagal,
terlunta-lunta sendiri di ujung senja
mencari sebungkus sepi dalam haibun yang ditulis embun
Pada mihrab-mihrab sunyi, yang tak lagi sadar akan tilawah

Mengetuk malam-Mu,
seperti subuh yang begitu setia menanti lantunan tarhim,
Juga kalam adzan yang terlepas dari kerongkongan muazin
parau dari sebuah surau

Mengetuk malam-Mu,
menumbuhkan ilam-ilam rindu,
di mana pada tempat yang sama aku bisa belajar mencatat jejak peristiwa di antara butiran jam pasir
menanti pusara

masai, 27 september 2017

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *