Bang Norman Chaniago orang baik. Dia ngemong para junior di kalangan wartawan. Dia gigih, tak kenal lelah, apalagi menyerah.
“Suku (marga) Abang juga Piliang Jun, sama dengan kau. Tapi waktu Abang merantu ke Medan, Abang bekerja sama orang Padang juga yang bersuku Chaniago. Dia minta Abang pakai suku Chaniago saja,” kata Bang Norman suatu waktu.
“Mudah-mudahan rencana besar kita jadi kenyataan,” kata Bang Norman pada kesempatan lain.
Ya, kami bersama beberapa teman berencana mendirikan suatu usaha. Mudah-mudahan saja tetap menjadi kenyataan.
Beberapa hari lalu Bang Norman menelpon; “Jun, hari ini Abang diundang buka puasa oleh calon penyandang dana kita. Doain aja makin cerah. Nanti usai lebaran kita jumpa ya.”
Kini Bang Norman sudah pergi untuk selamanya. Selamat jalan Bang Norman Piliang. Semoga Allah memberikan tempat terbaik pada Abang.
Bang Norman adalah seorang wartawan senior yang gigih, bersahabat. Saya mengenalnya pertengahan tahun 1977, ketika saya memulai karier sebagai wartawan olahraga. Dia sangat bersahabat, tak seperti beberapa senior yang jaga jarak. Bang Norman ketika itu bergabung dengan PAB.
Pengalamannya seabrek, sebelum di PAB dia bergabung dengan sejumlah media, setelah itu masuk ke Prioritas, lanjut ke Media Indonesia.
Hingga usia 83 di akhir hidupnya Bang Norman masih berani naik bus kota ke mana-mana. Pernah handphonenya dicopet, dia gak kapok. “Abang masih kuat naik bus kemana-mana. Bahkan naik tangga ke lantai 3 Kantor Suara Merdeka di Tebet untuk menghadiri rapat PWI,” katanya.
Bang Norman memang selalu aktif. Dia ikut ke Kalimantan Selatan Agustus tahun lalu untuk mengikuti Porwanas. Dia juga hadir di tempat sama Februari 2025 ini untuk mengikuti HPN.
Bang Norman adalah pendiri Siwo, organisasi wartawan olahraga Siwo, terakhir yang pergi meninggalkan kita.
Selamat jalan Abangku Norman Piliang Chaniago. Sorga menantimu. Aamiin.