Oleh: Bahren Nurdin
(Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah NSW, Australia)
Bayangkan saat Jumatan di masjid lokal Anda: Khotib berdiri di mimbar, mengucapkan kata demi kata dengan suara yang monoton, sementara jamaah yang hadir berjuang untuk mempertahankan fokus mereka.
Adegan ini tidak asing lagi di banyak masjid, di mana seringkali jamaah tampak mengantuk atau kurang terlibat.
Apakah ini menandakan bahwa kita membutuhkan perubahan dalam cara kita menyampaikan pesan agama?
Masjid adalah pusat komunitas dan spiritualitas, namun metode pengajaran dan penyampaian pesan agamanya sering kali masih konvensional dan kurang menarik bagi jamaah yang hidup di era digital ini.
Di sinilah teknologi dapat berperan, khususnya dengan penggunaan projector atau yang sering disebut _infokus_.
Dengan memanfaatkan projector selama khotbah Jumat, masjid dapat menampilkan visual yang menarik, grafik informatif, dan bahkan terjemahan dari teks-teks agama yang dibacakan.
Ini bukan hanya tentang membuat khotbah menjadi lebih menarik secara visual, tetapi juga tentang membuat isi khotbah lebih mudah dicerna dan dipahami oleh jamaah.
Pendekatan yang lebih interaktif dan informatif ini dapat meningkatkan keterlibatan dan memberikan manfaat psikologis bagi jamaah: mereka menjadi lebih terlibat dan informasi yang disampaikan lebih mungkin untuk diingat dan direnungkan.
Tentu kita tidak ingin khotbah jumat hanya sekedar formalitas semata tapi harus mampu menjadi ‘sekolah’ bagi ummat untuk meng-upgrade atau paling tidak ‘ngecas’ spiritual mereka.
Khotbah Jumat berfungsi sebagai medium untuk mendidik jamaah tentang ajaran Islam, nilai-nilai moral, dan prinsip-prinsip kehidupan yang baik.
Khotib menyampaikan pelajaran dari Al-Qur’an dan Hadits serta memberikan wawasan tentang bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Khotbah juga harus dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada jamaah untuk berbuat baik dan memperbaiki diri.
Khotib dapat membagikan kisah-kisah inspiratif dari sejarah Islam atau contoh-contoh perilaku terpuji yang dapat menjadi teladan.
Intinya, Khotbah Jumat adalah sarana dakwah, mengajak jamaah dan masyarakat untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan mengamalkan ajaran Islam dengan lebih baik.
Maka tujuan ini harus tercapai dengan maksimal.
Organisasi seperti Muhammadiyah, yang dikenal dengan pendekatannya yang progresif dan modernis dalam menginterpretasikan Islam, harus menjadi pioner dalam tren ini.
Sebagai organisasi yang selalu bergerak seiring dengan zaman, Muhammadiyah memiliki kesempatan untuk memimpin masjid-masjid di bawahnya dalam memasuki era digital dengan mengadopsi teknologi projector ini.
Masjid-masjid Muhammadiyah harus mempertimbangkan untuk memasang projector dan memperbarui metode penyampaian khotbah mereka.
Ini bukan hanya tentang mengikuti perkembangan zaman, tetapi juga tentang memastikan bahwa pesan Islam tetap relevan dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, terutama generasi muda yang merupakan bagian integral dari komunitas kita dan masa depan agama kita.
Kita berada di ambang perubahan yang dapat membawa kebangkitan spiritual dan intelektual di dalam masjid.
Saatnya untuk memeluk digitalisasi masjid dan memberikan khotbah Jumat yang tidak hanya mendidik tetapi juga menginspirasi.
Akhirnya, pemanfaatan teknologi seperti projector dalam khotbah Jumat dapat dianggap sebagai evolusi yang penting dalam praktik keagamaan, terutama untuk menjawab tantangan zaman dan meningkatkan keterlibatan jamaah.
Dengan visual yang menarik dan penyampaian materi yang lebih interaktif, masjid dapat menarik lebih banyak perhatian dan meningkatkan pemahaman jamaah tentang ajaran Islam.
Muhammadiyah, yang memiliki sejarah panjang dalam menyatukan kemajuan dan tradisi, berada dalam posisi strategis untuk memulai gerakan ini.
Dengan memelopori penggunaan projector dalam khotbah Jumat, Muhammadiyah tidak hanya akan meningkatkan pengalaman ibadah tetapi juga berpotensi mencatatkan sejarah sebagai pelopor dalam digitalisasi praktik keagamaan di masjid-masjid.
Ini merupakan langkah maju yang mungkin akan diikuti oleh banyak komunitas Muslim lainnya, menciptakan standar baru dalam penyampaian pesan agama di era digital. Semoga#~