Jakarta, Sumateradaily.com- Ketua Presidium dari lembaga kemanusiaan yang fokus pada pembelaan Palestina dan Masjid Al-Aqsa, Aqsa Working Group (AWG) yakni Ir. Nur Ikhwan Abadi kembali bergabung dalam misi kemanusiaan untuk Gaza, Freedom Flotilla Coalition (FFC).
FFC akan membawa sekitar 5500 ton bantuan untuk rakyat Gaza melalui laut dengan kapal kargo. Aksi serupa pernah diikuti Nur Ikhwan pada 2010 menggunakan kapal Mavi Marmara.
Ia menjadi salah satu aktivis yang selamat dalam aksi tersebut, sementara 16 rekannya syahid akibat serangan tentara Israel, menurut laporan lembaga kemanusiaan Turkiye, Insani Yardim Fakvi (IHH).
FCC pada 2024 ini akan diikuti oleh aktivis, wartawan, dan influencer dari 12 negara, termasuk Indonesia.
Kuota yang tersedia bagi Indonesia ialah 10 orang dan tiga di antaranya sudah terbang dari Bandara Udara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten menuju Turkiye pada Rabu dini hari (10/4) pukul 00.55 WIB.
Ketiganya ialah Nur Ikhwan Abadi dari AWG, Nurhadis (wartawan Kantor Berita MINA), dan Desi Fitriani (wartawan senior Metro TV). Setelah tiba di Turkiye, mereka akan bergabung dengan para aktivis FFC lainnya untuk bergerak bersama menuju Gaza, Palestina.
“Misi FFC ini misi besar, ada 12 negara melakukan koalisi untuk bergabung dalam misi ini yaitu menembus Jalur Gaza melalui laut. Misi ini diikuti setidaknya 1000 aktivis dari berbagai negara dan Indonesia mendapat kuota 10 orang, AWG menjadi salah satu aktivis dari Indonesia itu.
AWG saat mengikuti misi ini juga akan menyerahkan bantuan dari rakyat Indonesia untuk rakyat Gaza secara langsung,” kata Nur Ikhwan.
Selain menyerahkan bantuan dari rakyat Indonesia, misi ini pun menjadi langkah assessment awal dalam proses pembangunan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Indonesia di Gaza yang diinisiasi oleh Maemuna Center (Mae-C).
Mae-C merupakan sayap keperempuanan dari AWG yang berfokus pada isu perempuan dan anak Palestina.
“Jika misi ini (FFC) bisa sampai ke Gaza dengan izin Allah maka kita akan segera melakukan pembangunan RSIA Indonesia dalam artian assessment awal di mana kita sudah berhasil mendapatkan tanah di Gaza kurang lebih 5000m²,” ujar Nur Ikhwan.
“Ini misi untuk mengampanyekan bagaimana Gaza yang sudah hampir 17 tahun diblokade dan diperangi dengan sangat besar selama 6 bulan ini. Kita membawa misi agar bantuan-bantuan kemanusiaan yang berasal dari berbagai daerah di seluruh dunia bisa segera masuk karena kebutuhannya sangat mendesak disebabkan oleh kurangnya kebutuhan dasar rakyat Gaza.”
“Jadi mudah-mudahan misi ini bisa berhasil dan barang yang kita bawa bisa segera tersalurkan,” sambungnya.
Nur Ikhwan berharap, masyarakat Indonesia dapat memberikan dukungan dalam misi kemanusiaan FFC ini dengan berbagai cara, baik dukungan moril, materil, maupun aktif dalam menyebarkan informasi dan berita seputar FFC.
“Kepada seluruh masyarakat Indonesia, hendaknya selalu mengikuti perjalanan misi ini. Dukungan dari rakyat Indonesia sangat dibutuhkan.”
“Setiap yang terjadi insya Allah akan kita sampaikan, kita laporkan kepada masyarakat Indonesia melalui berita di website Minanews.net. Ini merupakan kesempatan kita untuk mendukung Palestina dengan menyiarkan berita-berita yang insya Allah akan kami kirimkan secara langsung dari lokasi kejadian. Untuk itu masyarakat Indonesia bisa terus mendukung ini baik secara moril maupun materil, kemudian dengan membagikan berita-berita yang langsung kita dapatkan dari lapangan,” tutur Nur Ikhwan.
Menurut rilis resminya, FFC akan berlayar pada pertengahan April dengan beberapa kapal, membawa 5.500 ton bantuan kemanusiaan dan ratusan pemantau hak asasi manusia internasional untuk menentang blokade ilegal zionis Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza.
Ini adalah misi darurat karena situasi di Gaza sangat buruk, dengan kelaparan terjadi di bagian utara Gaza, dan bencana kelaparan terjadi di seluruh Jalur Gaza sebagai akibat dari kebijakan yang disengaja oleh penjajah Israel untuk membuat rakyat Palestina kelaparan.
Waktu sangat penting karena para ahli memperkirakan bahwa kelaparan dan penyakit dapat merenggut lebih banyak nyawa daripada jumlah korban jiwa dalam pemboman tersebut.
“Memberikan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Gaza merupakan hal yang mendesak, namun itu tidak cukup. Kita harus mengakhiri blokade Israel yang melanggar hukum dan mematikan serta kendali Israel atas Gaza secara keseluruhan,” bunyi rilis resmi FFC.
Panitia FFC juga menekankan, bahwa membiarkan Israel mengendalikan apa dan berapa banyak bantuan kemanusiaan yang bisa diberikan kepada warga Palestina di Gaza sama seperti membiarkan rubah mengelola kandang ayam.
Namun, hal inilah yang dibiarkan oleh komunitas negara-negara internasional dengan menolak memberikan sanksi kepada Israel dan menentang kebijakan genosida mereka untuk memastikan bahwa bantuan yang cukup dapat menjangkau penduduk sipil yang terjebak, terkepung, dan dibombardir.
Koridor maritim Siprus, proyek dermaga terapung AS, dan pengiriman makanan secara simbolis merupakan gangguan dari fakta bahwa metode pengiriman bantuan ini tidak mencukupi, dan masih membiarkan Israel mengendalikan bantuan apa yang bisa diberikan kepada rakyat Palestina, sementara itu Israel secara aktif mencegah ribuan truk bantuan memasuki Gaza melalui penyeberangan darat.
Freedom Flotilla Coalition (FFC) dibentuk setelah misi Freedom Flotilla 2010, di mana pasukan Israel membunuh sepuluh warga sipil Turki, dan melukai 30 lainnya saat menyerang kapal armada di perairan internasional.
Koalisi ini menyatukan organisasi-organisasi yang berupaya mengakhiri blokade Israel di Gaza dari negara-negara di seluruh dunia, termasuk Turki, Kanada, Amerika Serikat, Spanyol, Afrika Selatan, dan lainnya.***