banner 728x250
PROFIL  

Mengenang Spirit Tiga Srikandi Aceh yang Melegenda

Cut Nyak Dien/ft: tangkapan layar Youtube Ayo Belajar Bersama
banner 120x600
banner 468x60

Aceh, Sumateradaily.com– Ditengah era global saat ini, spirit para pejuang harus terus dikenalkan ke generasi muda agar nilai-nilai luhur yang dimiliki para pejuang bangsa ini tidak hilang ditelan masa.

Seperti tiga srikandi pejuang Aceh Cut Nyak Dhien, Cut Meutia yang melegenda karena keberanian, kemandirian dan pengaruh perjuangannya untuk kemerdekaan bangsa ini sangat luar biasa.

banner 325x300

Spririt tiga srikandari dari tanah rencong ini sudah selayaknya menjadi inspirasi bagi kaum perempuan Indonesia yang kini tengah berjuang ikut mengisi kemerdekaan bangsa ini.

Inilah kisah kisah singkat tiga srikandi Aceh yang melegenda

1. Cut Nyak Dhien

Salah satu srikandi Aceh yang terkenal di Nusantara adalah Cut Nyak Dhien, perempuan yang lahir pada tahun 1948 di kampung Lampadang.

Sebagai seorang keturunan bangsawan, Cut Nyak Dhien memiliki sifat kepahlawanan yang diturunkan dari sang ayah yang juga berjuang dalam perang Aceh melawan kolonial Belanda.

Ia dikenal sebagai pejuang tangguh dan mampu menghidupkan semangat teman seperjuangan dan pengikutnya.

Hingga menginjak usia senja, Cut Nyak Dhien dan pengikutnya terus bergerilya dan menolak untuk menyerah.

Pada 7 November 1905, Cut Nyak Dhien ditangkap oleh Pang Laot yang sudah bersekutu dengan Belanda.

Setelah ditangkap ia kemudian diasingkan ke Sumedang. Ia akhirnya meninggal pada 6 November 1908 di tempat pengasingannya.

Cut Nyak Dhien secara resmi dinobatkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 1964.

2. Cut Meutia

Cut Meutia dilahirkan pada tahun 1870. Sang ayah bernama Teuku Ben Daud Pirak dan ibunya bernama Cut Jah. Cut Meutia merupakan anak perempuan satu-satunya dari lima bersaudara.

Saat memasuki usia dewasa Cut Meutia dinikahkan dengan Teuku Syamsarif. Namun sayangnya pernikahan tersebut tidak bertahan lama.

Cut Meutia akhirnya membangun rumah tangga bersama Teuku Chik Tunong. Keduanya berjuang bersama menjalankan siasat perang gerilya dan spionase yang diawali pada tahun 1901.

Setelah Cik Tunong dijatuhkan hukuman tembak mati oleh Belanda, Cut Meutia tetap melanjutkan perjuangan bersama Pang Nanggroe hingga 25 September 1910.

Pasca wafatnya Pang Nanggroe pun, Cut Meutia tetap melakukan perlawanan bersenjata. Cut Meutia akhirnya meninggal di medan perang pada 25 Oktober 1910.

Cut Meutia kemudian ditetapkan sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.

3. Laksamana Malahayati

Pahlawan Nasional dari Aceh yang terakhir adalah Laksamana Malahayati. Pemilik nama asli Keumalahayati ini lahir di Aceh Besar pada 1550.

Laksamana Malahayati diangkat sebagai Pahlawan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden No. 115/TK/Tahun 2017 pada 6 November 2017.

Puncak perjuangan Laksamana Malahayati terjadi pada 11 September 1599. Bersama dengan 2.000 pasukan Inong Balee atau laskar yang terdiri atas para janda, ia berhasil membunuh salah satu pemimpin Belanda yang terkenal, Cornelis de Houtman.

Itulah kisah singkat dua srikandi Aceh yang melegenda, kiranya dapat menjadi spirit perjuangan wanita Indonesia yang kini tengah berjuang mengisi kemerdekaan diberbagai sektor dan bidang.***

Berbagai sumber

 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *