Jakarta, Sumateradaily.com- Direktur Eksekutif Human Studies Institute (HSI), Rasminto, memberikan catatan penting terkait pidato perdana Presiden Prabowo Subianto.
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menekankan komitmen untuk mencapai swasembada pangan dan energi sebagai pilar ketahanan nasional.
Rasminto menyatakan, “Pernyataan ini menunjukkan pentingnya kemandirian dalam sektor strategis untuk menjaga stabilitas dan ketahanan nasional, terutama di tengah ancaman krisis global yang dapat memengaruhi pasokan pangan dan energi.”
Dia menilai bahwa visi swasembada ini menjadi fondasi bagi kedaulatan negara dan sangat relevan dengan tantangan perubahan iklim serta ketidakpastian ekonomi global. “Ketergantungan pada impor dapat melemahkan ketahanan nasional.
Oleh karena itu, swasembada pangan dan energi adalah strategi kunci untuk menghadapi krisis di masa depan,” tambahnya.
Rasminto berharap langkah segera dalam merevisi UU Migas akan menjadi bagian penting dari upaya mewujudkan swasembada energi. “Revisi UU Migas adalah elemen kunci untuk memastikan pengelolaan sumber daya alam Indonesia memberikan manfaat maksimal bagi rakyat,” tegasnya.
Dia juga menggarisbawahi pentingnya mengatasi fenomena ‘paradox of plenty’, yang menunjukkan bahwa negara dengan sumber daya alam melimpah seringkali mengalami kesulitan dalam pembangunan.
“Gagasan menjadi ‘Macan Asia’ yang digaungkan oleh Presiden Prabowo harus disertai dengan komitmen untuk mengatasi kutukan sumber daya alam ini.”
Rasminto menekankan bahwa kemandirian energi harus disertai distribusi yang adil untuk mencegah ketimpangan.
“Kita perlu memastikan bahwa semua lapisan masyarakat merasakan manfaat dari kebijakan ini,” ujarnya.
Dengan komitmen kuat terhadap swasembada pangan dan energi, Rasminto optimis bahwa pemerintahan Prabowo dapat mewujudkan kedaulatan sejati bagi Indonesia.
“Melalui dukungan kebijakan yang tepat dan implementasi program yang konsisten, swasembada ini dapat tercapai dalam waktu dekat,” tutupnya. ***
Buyil/for1
