banner 728x250 ------- banner 728x250
OPINI  

PARIWISATA DAN DAERAH PEDESAAN DI PROVINSI JAMBI

AGROWISATA Farenza Garden yang berada di Desa Renah Alai, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin/ft:pariwarajambi.com
banner 120x600
banner 468x60

Oleh:
Thamrin B. Bachri**

PENDAHULUAN
Sebagian besar dari obyek wisata domestik dengan segala aktivitas yang dilakukan pada waktu luang
umumnya dihubungkan dengan daerah pedesaan atau daerah luar kota. Jika daerah pedesaan
diartikan sebagai daerah non-urban, maka di dalamnya tercakup hutan belantara selain daerah
pertanian atau perladangan yang digarap dengan baik. Tetapi sejak pariwisata domestik terpusat
pada negara-negara industri di seluruh dunia, serta daerah-daerah yang dibedakan oleh iklim atau
pembagian musim, maka artikel ini diarahkan pada daerah pedesaan.

banner 325x300

Di provinsi Jambi diperkirakan ada 1.414 desa dengan sekitar 80 desa wisata (Data BPS Prov.
Jambi, 2024) yang sudah diajukan kepada Kementerian Pariwisata untuk dikelompokan ke dalam
Desa Wisata Rintisan, Desa Wisata Berkembang, dan Desa Wisata Maju.

Gubernur Jambi Dr. H. Al Haris, S.Sos., M.H. dalam setiap kegiatan Perjalanan Pejabat tidur
di dusun (Pertisun) senantiasa menekankan dalam dialog nya dengan masyarakat di desa agar dapat
mengoptimalkan seluruh potensi desa termasuk di bidang pertanian, perikanan, perkebunan
termasuk pariwisata dan ekonomi kreatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

KEADAAN DAN MASALAH UMUM DAERAH PEDESAAN

Selama bertahun-tahun belakangan ini terjadi perpindahan populasi yang tetap dari desa ke kota
(urbanisasi) dan juga pada waktu yang bersamaan produksi pertanian tidak mengalami penurunan.
Kenyataan di beberapa negara di dunia, malahan terjadi peningkatan yang disebabkan oleh banyak
faktor. Menurunnya jumlah pekerja di bidang pertanian diimbangi dengan perubahan yang radikal
di bidang teknologi pertanian khususnya mekanisasi, telah menghasilkan peningkatan produktivitas
dari para petani/buruh sebagaimana yang telah dilakukan pengukuran bahwa telah terjadi
peningkatan output per orangnya.

Apa yang dialami oleh negara yang satu dengan negara lainnya
memang berbeda, tetapi jika dilihat secara global, tingkat kehidupan masyarakat pedesaan
meningkat. Dengan adanya peningkatan dan perkembangan di bidang kendaraan bermotor, maka
hal ini memudahkan untuk melakukan perjalanan bagi masyarakat pedesaan dari desa ke kota,
demikian pula bagi penduduk kota yang ingin pergi ke daerah pedesaan atau ke luar kota. Dilihat
darisegi motorisasi, pada umumnya implikasi dari perkembangan ini adalah populasi pedesaan tidak
lagi dihidupi oleh sumber-sumber yang terdapat di desa.

Ternah-ternak menyebar dari desa ke kota, kebutuhan-kebutuhan masyarakat desa
disalurkan dari pabrik-pabrik di kota, dan para penduduk desa berbelanja ke pusat-pusat
perbelanjaan di kota yang terdekat.

Interaksi yang terjadi antara daerah pedesaan dan kota menjadi sangat kompleks, dan lama
kelamaan daerah pedesaan tergantung pada kota-kota untuk mendapatkan beberapa
kebutuhannya.

Pemberian jasa-jasa selain dari kebutuhan pokok lainnya sukar untuk disuplai ke
desa-desa, seperti sarana pendidikan (sekolah), pelayanan-pelayanan kesehatan (klinik), bahan
bakar (minyak), dan pelayanan pos, karena ini semuanya memerlukan biaya yang sangat besar.

Hal semacam inilah, antara lain yang menyebabkan urbanisasi, karena fasilitas-fasilitas
tersebut umumnya berada di kota-kota. Urbanisasi bagi kaum muda terjadi karena mereka
membutuhkan pendidikan dan rekreasi di waktu luangnya dan urbanisasi bagi kaum tua terjadi
karena mereka membutuhkan pelayanan-pelayanan sosial. Lama kelamaan daerah pedesaan
menjadi tempat yang tidak menyenangkan untuk didiami. Faktor individu yang kuat menyebabkan
hidup menjadi lebih sulit, misalnya tak seorang pun yang akan tinggal atau bekerja di desa, mereka
yang bekerja di desa sangat sedikiti, mereka berdiam di kota, sekali-kali pulang seperlunya ke daerah
pedesaan.

Daerah pedesaan, pada dasarnya adalah penghasil bahan-bahan pangan dengan cara yang
tradisional, baik di bidang pertanian maupun peternakan yang semuanya adalah industri padat karya
serta membutuhkan arena tanah yang luas. Gambaran seperti ini akan berubah dengan timbulnya
sistem mekanisasi yang modern, baik dalam hal mengerjakan tanah maupun dalam hal peternakan
seperti produksi telur, susu, daging sapi yang seluruhnya mungkin untuk diproses atau diproduksi
dalam jumlah besar dengan metoda-metoda mekanisasi yang tidak hanya lebih ekonomis dalam
penggunaan buruh, tapi juga hanya memerlukan sedikit tanah. Bahkan proses penetasan telur yang
menggunakan listrik bisa dilakukan di kota-kota besar.

Dari kenyataan yang telah dikemukakan di atas, maka terlihat bahwa tidak ada alasan bagi
penduduk kota untuk pergi ke daerah pedesaan bila mereka tidak mempunyai keperluan.
Maka secara singkat, “urbanisasi” dari sektor pertanian dapat kita bayangkan, seperti halnya
peternakan dilakukan di kota. Demikian pula pertanian dan atau penggarap tanah, dilakukan oleh
petani-petani yang berasal dari kota. Dari proses yang kita lihat terdahulu, maka lama-kelamaan
cara-cara yang tradisional beserta perkampungan-perkampungan yang terdapat di daerah pedesaan
akan menghilang atau mungkin akan berubah menjadi suatu desa di mana berdiri bangunanbangunan dengan arsitektur kota yang sama sekali berbeda dengan gaya tradisional yang pernah
ada.

Di beberapa negara di dunia, daerah pedesaan bukan hanya sebagai daerah penghasil
pangan, tapi juga merupakan daerah untuk berrekreasi. Penggunaan daerah pedesaan sebagai
daerah wisata adalah penting. Bagi mereka yang sering mengisi waktu luangnya dengan aktivitasaktivitas rekreasi terutama bagi para penduduk kota, mereka menganggap bahwa daerah luar kota
adalah mutlak untuk dikunjungi meski pun itu hanya dengan mengendarai mobilnya untuk beberapa
jam pergi ke luar kota untuk alasan rekreasi, memperoleh udara yang segar, kesehatan, melihat
pemandangan alam dan alasan lainnya.

Bila daerah pedesaan sekarang menjadi lebih kosong akibat adanya urbanisasi atau
sebaliknya keadaan desa yang sudah sama saja dengan di kota, maka atraksi-atraksi wisata apa saja
yang dapat ditawarkan kepada penduduk kota?
Jelasnya, kita masih jauh daripada sebuah desa yang berupa gurun atau merupakan areal
tanah bajakan yang berada di sekeliling kota. Tetapi pada kenyataannya kita sedang bergerak ke arah
itu, pada akibat dari dampak-dampak teknologi dan segi-segi praktis lainnya.

Apakah yang akan terjadi dengan dikembangkannya pariwisata di suatu daerah pedesaan?
Segala aktifitas yang berkaitan langsung dengan kegiatan-kegiatan di pedesaan seperti
aktifitas jalan kaki, tanpa kendaraan, berpetualan dan sebagainya akan dipengaruhi oleh
kemudahan-kemudahan yang ada di daerah pedesaan tersebut, di mana masih ada unsur-unsur
agraris, ini adalah salah satu manfaat yang jeas dapat segera terlihat.

Manfaat teoritis yang sering kita dengar seperti bertambahnya lapangan kerja serta
pendapatan penduduk setempat terlalu dini untuk kita bahas di sini, mengingat perlunya
pendekatan-pendekatan khusus di dalam pembuktiannya.

Seandainya daerah pedesaan menjadi depopulasi baik seluruhnya maupun sebagian besar
saja, maka seluruh prasarana yang diperlukan, baik oleh kendaraan (alat transportasi) maupun oleh
wisatawan itu sendiri seperti jalan raya, pompa bensin akan terbengkalai, baik dari segi
pemeliharaan dan pengoperasiannya. Kegiatan perjalanan wisata dalam arti sebenarnya menjadi
tidak mungkin dilaksanakan. Masa tersebut masih jauh, tetapi penurunan-penurunan dari kualitas
kehidupan di daerah pedesaan secara keseluruhan sudah dapat dirasakan sekarang.

KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAH

Dirancangnya beberapa tempat atau daerah pedesaan untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata
yang benar-benar menarik, indah dan mempuyai spesifikasi tersendiri sering diekspresikan pada
dampak-dampak pariwisata yang berakibat di daerah pedesaan, sebenarnya perhatian harus juga
ditekankan pada perubahan-perubahan yang terjadi di daerah pedesaan yang dampaknya dapat
dirasakan oleh pariwisata. Menghadapi kenyataan yang dikemukakan terdahulu tentu secara lebih
awal perlu di rakit kebijaksanaan-kebijaksanaan dan langkah-langkah yang ditujukan kepada usahausaha untuk mengatasi timbulnya urbanisasi dengan segala akibat yang terbawa olehnya seperti
yang telah diuraikan terdahulu.

Di Indonesia, kebijaksanaan dan langkah-langkah tersebut yang secara garis besarnya akan
diuraikan dalam tulisan ini, terutama yang relevansinya erat dengan pembangunan pedesaan. Secara
geografis permasalahan desa di Indonesia dapat diketahui sebagai berikut:

  • Desa di pulau Jawa dan Bali pada umumnya berpenduduk padat, keadaan prasarana relatif
    lebih baik. Pertumbuhan penduduk yang terus menerus, sedangkan perluasan areal
    pertanian tidak memungkinkan, telah menimbulkan gejala kemerosotan lingkungan hidup.
    Usaha peningkatan teknologi pertanian, serta menumbuhkan industri kecil dan rumah
    tangga sangat diperlukan untuk menyerap tenaga kerja yang berlebihan di sektor pertanian.
  • Di desa-desa di luar Jawa dan Bali umumnya berpenduduk jarang, struktur pemerintahan
    desanya masih perlu ditingkatkan. Pola pemukiman terpencar-pencar dan keadaan
    prasarana belum memadai. Di daerah ini masih terdapat kelompok penduduk yang hidup
    dari bercocok tanam dengan perpindah-pindah sehingga dapat merusak lingkungan hidup.
    Usaha peningkatan prasarana bagi pengembangan desa sangat diperlukan.
  • Desa-desa di wilayah perkotaan telag berkembang tanpa terkendali sebagai akibat derasnya
    arus penduduk. Berbagai masalah telah timbul seperti pembangunan air kotor, perumahan
    di bawah standar dan lain-lain, yang memerlukan usaha perbaikan.
    Selain masalah-masalah seperti tersebut di atas, masih ada masalah lain yang erat kaitannya
    dengan pembangunan desa, antara lain keadaan lingkungan desa yang meliputi perumahan,
    penyediaan air, kesehatan lingkungan serta penerangan yang belum selayaknya. Adanya pemuda
    yang putus sekolah dan adanya kelompok yang menganggur disebabkan tidak memiliki keterampilan
    untuk mengolah potensi yang ada di desanya, kemudian meninggalkan desanya untuk mencari
    nafkah di kota.
  • Sehubungan dengan masalah di atas kebijaksanaan pembangunan desa diarahkan untuk
    mencapai tujuan jangka panjang yaitu meletakkan dasar -dasar pembangunan nasional yang sehat
    dan kuat. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pokok-pokok pembangunan desa adalah antara
    lain bahwa pembangunan desa dilaksanakan dalam imbangan yang serasi antara pemerintah dan
    masyarakat, sehingga pembangunan desa perlu menggerakan masyarakat desa untuk berpartisipasi
    baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil serta penilaian hasil-hasilnya. Kemudian
    pembangunan desa dikaitkan dengan pembangunan kota-kota kecil dan sedang, yang dapat
    mempengaruhi daerah sekitarnya baik sebagai pengumpul hasil dan penyalur kebutuhan pokok
    masyarakat, sehingga dengan demikian pembangunan desa merupakan bagian integral dari
    pembangunan daerah.
  • Sejalan dengan pokok-pokok kebijaksanaan tersebut, maka langkah-langkah yang diambil
    antara lain adalah mengembangkan dan meningkatkan kegiatan usaha masyarakat secara terpadu
    di bidang pertanian, yang meliputi pertanian pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, serta
    bidang-bidang lainnya seperti industri kecil, kerajinan rakyat. Dalam rangka ini akan ditingkatkan
    peranan generasi muda dan peranan wanita di desa-desa.
  • PENUTUP
  • Sebagai bagian penutup, kita sampai pada suatu kesimpulan bahwa saat ini pembangunan desa
    semakin diperhatikan dengan menempuh tata cara yang lebih terpadu, antara lain dengan tujuan
    untuk menggairahkan masyarakat untuk membangun dengan kemampuan dan kekuatannya sendiri
    melalui peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat desa.
  • Program pembangunan desa akan diarahkan untuk menumbuhkan gerakan masyarakat
    untuk membangun desanya yang selanjutnya dikaitkan pengumpul dan penyalur hasil-hasil
    pertanian dan kebutuhan pokok lainnya yang sekaligus dapat mengurangi tekanan urbanisasi ke
    kota-kota besar.
  • Bertitik tolak dari kebijaksanaan dan langkah-langkah pemerintah dalam masalah
    pembangunan desa tersebut, bagi perkembangan pariwisata di provinsi Jambi khususnya akan
    membawa arti yang positif terutama dalam meningkatkan pertumbuhan wisatawan domestik,
    meningkatkan produk wisata aneka bidang minat (special interest), memperluas daerah tujuan
    wisata, dan sekaligus memantapkan citra Provinsi Jambi sebagai daerah tujuan wisata di tingkat
    nasional maupun internasional.
  • **Penulis:
  • Alumnus Dept. Hospitality & Tourism University of Wisconsin, USA.
  • Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI Periode
    2002-2009.
  • Tenaga Ahli Gubernur Jambi.

banner 325x300
banner 325x300