Oleh: Dr. Rasminto (*)
INDONESIA merayakan Hari Kemerdekaan ke-79 dengan cara yang istimewa, Upacara Kemerdekaan diselenggarakan di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Perayaan ini menandai pergeseran monumental dari Jakarta ke IKN, yang tidak hanya menandakan kebangkitan bangsa, tetapi juga sebagai mercusuar kemajuan ekonomi Indonesia.
Pindahnya upacara kemerdekaan ke IKN Nusantara mencerminkan komitmen Indonesia terhadap pembangunan berkelanjutan dan pemerataan ekonomi.
IKN dirancang sebagai kota pintar dengan infrastruktur modern, menunjukkan komitmen pemerintah terhadap pembangunan yang lebih maju, inklusif, dan ramah lingkungan.
Dampak Ekonomi dan Pariwisata
Pembangunan IKN Nusantara berdampak positif pada sektor pariwisata. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur, terdapat kenaikan signifikan dalam kunjungan wisatawan, dengan peningkatan hingga 40% pada April 2024.
Angka kunjungan wisatawan nusantara juga mengalami kenaikan drastis sebesar 401,87% pada 2023, menunjukkan dampak positif IKN pada ekonomi lokal.
Sejarah dan Strategi Pembangunan IKN
Pengumuman rencana pembangunan IKN oleh Presiden Joko Widodo pada Agustus 2019 memulai era baru dalam sejarah Indonesia.
Pindahnya ibu kota bertujuan mengurangi beban Jakarta dan mendorong pemerataan pembangunan ke kawasan Indonesia Timur, yang sebelumnya tertinggal.
Tantangan Geografis dan Lingkungan
Pembangunan IKN menghadapi berbagai tantangan geografis, termasuk curah hujan tinggi dan potensi kebakaran.
Penggunaan teknologi modifikasi cuaca (TMC) oleh BNPB untuk mengatasi masalah ini dan upaya konservasi lingkungan menjadi bagian penting dari strategi pembangunan.
Tantangan Geopolitik
IKN Nusantara juga berlokasi dekat dengan kawasan Laut China Selatan, yang melibatkan dinamika geopolitik regional.
Indonesia harus menjaga keseimbangan hubungan diplomatik dengan negara-negara di kawasan untuk menjaga stabilitas regional dan kepentingan nasional.
IKN Nusantara bukan hanya simbol kemajuan, tetapi juga cerminan upaya Indonesia untuk membangun masa depan yang lebih baik dan merata. ***
(*) Dr. Rasminto, Pakar Geografi Manusia Universitas Islam 45 (UNISMA), Direktur Eksekutif Human Studies Institute (HSI) dan Anggota Pusat Pendidikan Wawasan Kebangsaan (PPWK) Provinsi DKJ.